Rabu, 31 Agustus 2011

Yohanes 6 : 30-35


Johanes 6:30-35
Tema:
Mengikut Yesus dan menerima keselamatan (Yesus adalah Roti kehidupan)
 Semua orang senang menikmati hasil dari suatu karya tetapi tidak mau tahu dari mana asalnya. Misalnya, anda adalah penggemar roti Holland bakery, saat anda makan roti itu anda berkata “Roti ini enak sekali” mungkin anda akan mengulangi kalimat itu berkali-kali selagi anda makan roti tersebut. Ketika anda melakukan itu  anda adalah orang yang tidak adil. Mengapa? Karena anda tidak mau tahu siapa yang membuat roti yang enak itu yang anda tahu bahwa roti itu enak
Saudara manusia selalu melupakan siapa pelaku dari sebuah karya dan hanya mengingat karya untuk dinikmati. Banyak orang berdoa agar Tuhan memberkati hidupnya, anda tahu apa yang menjadi fokus dalam hatinya? Berkat yang dia inginkan itulah fokusnya. Coba saudara uji diri ketika berdoa apakah saudara betul-betul fokus pada Yesus? Atau pikiran saudara lebih banyak membayangkan apa yang didoakan? Kalau itu yang terjadi maka sebenarnya anda masih sangat berfokus pada hal-hal yang dibutuhkan lahiriah saja belum kepada siapa sebenar yang sanggup menyediakannya yaitu Tuhan Yesus.   
Orang yang belum pernah lapar,pasti tidak bisa membayangkan derita yang ditanggung oleh mereka yang tidak mempunyai makanan apa-apa.Pikirkan saja sejenak mereka yang terbawa ombak laut ganas sesudah terbakarnya kapal,mereka pasti haus dan lapar luar biasa. Dengan alasan lapar kita sering mendengar orang melakukan hal-hal yang tidak baik dan melanggar hukum,Kita juga sering mendengar betapa banyak orang mati setiap tahun dibumi ini dengan satu alasan yaitu lapar.

Apa yang membuat orang “mati” meskipun hidup (Artinya menjalani hidup dengan sedih, merasakan dirinya seolah selalu diterpa masalah, merasakan dirinya seolah orang yang paling menderita di dunia ini)? Apa yang bisa membuat orang hidup lebih hidup?
Banyak iklan produk tertentu yang mengatakan bahwa orang yang mengkonsumsi obat tertentu atau makanan tertentu akan harmonis dalam keluarga, akan membuat orang selalu semangat dan sehat. Benarkah demikian? Apa yang sungguh membuat orang hidup?
Yesus bersabda “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.” Tuhan Yesus menegaskan siapa diriNya. Dia adalah makanan yang akan membuat orang yang memakannya tidak lapar lagi. Namun syaratnya adalah orang itu mau datang padaNya dan memakan Dia. Artinya menyantap Dia dan membuka diri untuk dialiriNya sehingga ia hidup.
Ia juga menegaskan siapa diriNya. Dia adalah minuman yang tidak membuat orang haus lagi. Syaratnya adalah percaya. Percaya bahwa Yesus sendiri yang akan mengalir dalam tubuhnya dan memenuhi kehausannya.
Hanya dalam Dialah orang akan mengalami kepenuhan hidup yang sesungguhnya. Bukan kepenuhan hidup yang semu dan sementara. Tuhan adalah pusat kepenuhan hidup, yang akan membuat hidup kita lebih hidup. Saat kita menumpukan kepenuhan hidup pada uang, benda, pribadi lain, kekuasaan, maka kita hidup namun “mati.” Sebaliknya saat kita menumpukan kepenuhan hidup pada Tuhan, maka hidup kita penuh dengan harapan bukan keputusasaan.
Yesus bukan orang kaya,selama berkarya didunia ini,Dia berjalan kaki sebagai pengajar dan pemberita kabar baik,Ia pasti kekurangan,dan pasti juga pernah merasa kelaparan. Oleh karena itu dalam nats ini diceritakan mengenai pengalaman Yesus ketika ia melayani orang-orang yang lapar,yang rasa laparnya yang telah membawa mereka pada sikap duniawi yang salah.
Pendalaman Nast
Di awal injil Yohanes pasal 6 ini, kita melihat ketika Yesus memberi makan 5000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan (yoh 6:1-15). Ketika orang banyak melihat keajaiban yang dibuat oleh Yesus itu, mereka berkata, "Sungguh, inilah Nabi yang diharapkan datang ke dunia!" (bnd. Yoh 1:21). Yesus tahu mereka mau datang untuk memaksa Dia menjadi raja mereka. Sebab itu Yesus pun pergila menyingkir ke daerah berbukit, seorang diri.
Kemudian Ay. 16-21, menceritakan bagaimana Yesus menemui murid-muridNya yang sedang berperahu di tengah danau Tiberias dengan cara berjalan diatas air.
Itulah sebagian dari begitu banyak muzizat yang dilakukan Yesus, sehingga orang-orang banyak mencari Yesus  sampai ke seberang danau (Ay. 22-24).
Keinginan mencari Yesus tentu saja didorong oleh berbagai macam alasan, namun yang paling utama adalah karena mereka telah merasakan keajaiban yang dilakukan Yesus, sehingga mereka bisa makan sampai kenyang.  Mereka merasa bahwa jika berada dekat dan bersama-sama dengan Yesus, segala kebutuhan duniawi mereka akan terpenuhi.
Saudaraku! Apakah yang kita cari dalam hidup ini? Sumber kehidupan atau sarana kehidupan? Pertanyaan ini perlu kita renungkan dan jawab di dalam hati kita masing-masing. Karena realitas begitu banyak manusia mengarahkan seluruh perhatiannya, pikirannya, kekuatannya, dan hatinya demi mencari sarana hidup. Adalah benar bahwa masalah sarana hidup bukanlah perkara yang gampang. Demi mempertahankan sarna hidup banyak orang  yang berkorban dan mengorbankan orang lain. Demi sarana hidup  banyak orang yang berusaha bekerja siang dan malam untuk mencari bahkan menyerahkan seluruh hati, pikiran, tenaga dan waktunya untuk melakukan sesuatu. Demi sarana hidup sering terjadi  manusia menjadi objek dari sesuatu bukan subjek dari sesuatu, akibatnya manusia menjadi kehilangan kemanusiaannya. Salah satu sarana hidup yang kita maksudkan adalah persoalan makanan atau roti, sebab tidak ada yang paling dibutuhkan oleh manusia yaitu makanan/roti yang menjadi lambang sesuatu yang memenuhi kebutuhan hidupnya
Saudara! realitas pengikut Yesus banyak diantara mereka mengikut Yesus hanya ingin melihat tanda-tanda mujizat dan  mendapatkan makanan. Hal ini terdengar dari ungkapan : tanda apakah yang Engkau perbuat supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepadaMu? (ay. 30). Padahal dalam pasal sebelumnya Yesus telah banyak melakukan tanda mujizat, misalnya Yesus mengubah air menjadi anggur pada pesta di Kana, Yesus menyembuhkan orang sakit ditepi kolam betesda, Yesus memberi makan 5000 orang, Yesus berjalan di atas air. Yesus telah banyak melakukan mujizat tapi menurut orang banyak itu terjadi hanya sebagai kebetulan saja. Ini adalah gambaran orang-orang yang mengatakan mengikut Yesus tapi perjuangan dan keinginan mereka sendiri yang diutamakan, mereka mengikut Yesus dengan memuaskan kepentingan-kepentingan pribadi sekaligus mendapatkan keuntungan pribadi juga. Dalam nas ini mereka kembali meminta makanan “gratis” kepada Yesus dengan alasan bahwa dulu nenek moyang mereka selalu diberi makanan oleh Musa selama di padang gurun. Yang menarik bagi mereka adalah roti nya, bukan kepada Yesus. Kemudian Yesus mengatakan “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepadaKu ia tidak akan haus lagi”. Yesus meluruskan cara pandang mereka yang berusaha mengikut Yesus, bahwa yang sesungguhnya mereka butuhkan lebih dari makanan secara fisik yaitu makanan rohani.
Menerima Yesus sebagai Roti dan Hidup berarti hidup dalam keselamatan. Hidup dalam keselamatan berarti hidup berkelimpahan atau tidak kelaparan. Apakah benar hanya dengan datang dan percaya kepada Yesus kita tidak akan kelaparan? Ya. Tetapi, bukan berarti manusia tidak membutuhkan makanan lagi, tetap butuh. Hanya saja, dengan datang dan percaya kepada Yesus, manusia tidak lagi dikuasai oleh makanan. Hidupnya bukan lagi semata-mata untuk mencari makanan dan menjadi kenyang (bnd. ayat 26b). Hidup tidak lagi sebatas kenyang, melainkan hidup untuk pekerjaan Allah (menjadi rekan sekerja Allah). Menerima Yesus sebagai Roti Hidup juga berarti denganNya kita akan selalu diyakinkan dan menjadi pemenang yang sanggup bertahan menghadapi serangan si Jahat Iblis dengan kegemerlapan duniawi. Tujuan si Jahat Iblis hanya satu, yakni memporak-porandakan kehidupan kita. Mencuri satu persatu berkat-berkat Allah dalam hidup manusia sehingga menimbulkan kekacauan, misalnya : rumah tangga yang tak kunjung harmonis, generasi muda jatuh dalam cengkraman Narkoba dan Penyakit sosial masyarakat lainnya, ketidakpuasan akan apa yang dimiliki, perseteruan dalam pekerjaan, perpecahan dalam masyarakat, dll.
Saudaraku! Apa yang kita perlu, apa yang kita mau di dalam dunia ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah memuaskan kita. Apa yang Tuhan kasih adalah sesuatu yang pasti akan memuaskan kita. Tuhan kita bukan Tuhan yang tidak mengetahui kebutuhan fisik kita, tetapi kita rindu untuk memberikan satu keseimbangan yang penting supaya kita jangan sampai jatuh kepada sisi yang lain. Fil.4:19 menjadi janji Tuhan yang kita pegang baik-baik, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.” Bukan Dia tidak bisa, bukan Dia tidak sanggup, bukan Dia tidak mampu memberimu apa yang engkau butuhkan. Dia bisa, Dia sanggup, Dia mampu, sebab Dia adalah Allah yang penuh dengan kekayaan. Roti yang kita beli adalah roti yang hanya bisa memenuhi kepuasan hidupmu yang sementara, tetapi hidupmu tidak dibatasi sampai di situ. Datang kepadaKu sebab Akulah Roti Hidup, barangsiapa yang datang dan percaya kepadaKu ia akan kenyang dan tidak akan mati untuk selama-lamanya, kata Yesus. Ia memberikan jawaban bagi kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan sesuatu yang lebih penting daripada sekedar kebutuhan fisik makan, minum, sehat, kaya, lancar di dalam dunia. Manusia perlu satu kepuasan yang lebih dalam yaitu kepuasan atas kehausan dahaga dari hidup rohani yang tidak akan pernah bisa dipuaskan dengan berapa banyaknya uang yang kita miliki di dalam dunia ini, yang tidak akan pernah bisa dipuaskan dengan berapa banyaknya kekayaan yang kita dapat dari apa yang ada di atas muka bumi ini. Itulah sebabnya Kristus mengatakan kepada kita saat ini, “Akulah Roti Hidup.” Roti hidup yang bisa kita konsumsi setiap hari adalah Firman Tuhan yang kekal selamanya.
Apakah engkau lapar secara rohani pada hari ini? Apa yang membuat rohani kita lapar? Jawabannya singkat dan sederhana, selama kita mengisi hidup rohani kita dengan sesuatu yang tidak akan pernah memuaskannya, dia akan terus lapar dan dahaga. Kita pikir keamanan keselamatan hidup kita, kekayaaan sukacita, rumah yang besar, itulah yang bisa mengenyangkan rohani kita? Bukan. Pada hari ini Yesus berkata, “Akulah Roti Hidup. Datang kepadaKu, engkau baru akan mendapatkan kekenyangan yang sungguh bagi rohanimu dan tidak akan pernah lapar lagi.” Carilah dan percayailah Tuhan maka kamu akan hidup. Mencari Tuhan berarti mencari hidup, menemukan Tuhan berarti menemukan hidup. Barangsiapa yang mencari hidup berarti mencari Tuhan, dan barangsiapa menemukan Tuhan berarti menemukan kehidupan. Setiap orang yang   makan dari Roti hidup tersebut akan hidup kekal bersama-sama dengan Yesus sang “Roti Hidup”.
 Yesus tahu begitu banyak diantara mereka yang mengikut Yesus dan mendengarkan pengajaranNya hanya bertujuan menyaksikan tanda-tanda mujizat dan sekedar mendapatkan makanan selama mengikut Yesus.Hal ini dapat dilihat pada ayat 30….tanda apakah yang Engkau perbuat supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepadaMu?..Padahal dalam ayat-ayat sebelumnya dapat di lihat bahwa Yesus telah banyak melakukan tanda mujizat,misalnya Yesus mengubah air menjadi anggur pada pesta di Kana (Yoh 2:1-12),Yesus juga menyembuhkan anak menteri raja (Yoh 4:43),Yesus menyembuhkan orang sakit ditepi kolam betesda (Yoh 5:1),Yesus memberi makan 5000 orang (Yoh 6:1),Yesus berjalan di atas air (Yoh 6:16).Yesus telah banyak melakukan mujizat tapi menurut orang banyak itu terjadi hanya sebagai kebetulan saja.Ini adalah gambaran orang-orang yang mengatakan mengikut Yesus tapi perjuangan dan keinginan mereka sendiri yang diutamakan, mereka mengikut Yesus dengan memuaskan kepentingan-kepentingan pribadi sekaligus mendapatkan keuntungan pribadi juga. Ayat 31 mengatakan mereka kembali meminta makanan “gratis”kepada Yesus dengan alasan bahwa dulu nenek moyang mereka selalu diberi makanan oleh Musa selama di padang gurun.Ayat 32 dan 33 Yesus menjelaskan bahwa yang memberi nenek moyang mereka roti manna bukanlah Musa tapi itu adalah pemberian dari Allah.Hal ini menegaskan bahwa semua pemberian yang kita terima dalam hidup bukan dari manusia tapi itu adalah pemberian dari Allah (bnd Yakobus 1:17)Ayat 34 dan 35 mereka mengira dengan pemberian roti oleh Yesus yang secara terus menerus mereka terima pasti akan menjamin hidup mereka bahwa selama mereka mengikut Yesus mereka pasti terhindar dari rasa lapar dan dengan begitu mereka tidak akan pernah kelaparan. Yang menarik bagi mereka adalah roti nya bukan kepada Yesus,kemudian Yesus mengatakan “Akulah roti hidup;barang siapa datang kepadaKu,ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepadaKu ia tidak akan haus lagi”.Yesus meluruskan cara pandang mereka yang berusaha mengikut Yesus bahwa yang mereka butuhkan lebih dari makanan secara fisik yaitu makanan rohani.Dalam Mat.4:4 ketika Yesus dicobai oleh iblis dengan tegas Yesus mengatakan bahwa manusia tidak hidup dari roti saja..Manusia tidak dapat dipuaskan oleh makanan saja,seberapa banyak pun makanan yang kita makan kita pasti akan merasa lapar kembali.Yesus adalah roti kehidupan,orang yang percaya dan mengikut Yesus  tidak akan mengalami rasa lapar dan haus,karena Dia adalah “roti”yang diperlukan oleh manusia yang mampu mengatasi rasa lapar dan haus melalui kekuatan dan pengharapan hidup,oleh karena itu hidup ini akan sempurna jika kita hidup dengan menerima Yesus serta hidup alam kehendak Sang Roti Kkehidupan
Kesimpulan
  1. Keyakinan kita akan ke maha kuasaan Allah di dalam hidup tidak tergantung kepada seberapa sering kita menyaksikan adanya mujizat serta berapa kali Dia mendengarkan doa permohonan kita tapi kita meyakini bahwa Yesus adalah juruselamat dengan cara adanya relasi pribadi yang intim denganNya.Relasi yang intim ditandai dengan apa yang menjadi tujuan kita percaya dan mengikut Yesus.
  2. Percaya dan mengikut Yesus berarti kita akan menerima keselamatan.Kita perlu mengevaluasi diri dalam mengikut Yesus sebab tidak semua yang mengikut dan percaya akan mendapatkan keselamatan.Yang patut kita lakukan adalah seperti dalam Mazmur 119:16..Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapanMu,FirmanMu tidak akan ku lupakan.Kehendak Tuhan yang kita jalankan bukan kehendak kita.
  3. Rasa lapar kita akan kehendah Tuhan dalam kehidupan harus diutamakan daripada rasa lapar kita terhadap kebutuhan-kebutuhan hidup.Sebab hakekat utama dari manusia adalah hal yang rohani bukan yang jasmani.
  4. Iman kepercayaan kita lah yang menerima Yesus bukan lagi tanda.
  5. Yesuslah roti kehidupan, yang mengenyangkan rasa lapar kita, kenallah Dia sebagai sumber hidupmu. Dia roti yang terperceah dan anggur yang tercurah, karena itu utamakan rasa lapar akan kehendak Tuhan lebih dari rasa lapar kita atas kebutuhan2 hidup .

Yesaya 43:24B


Sabtu, 16 Juli 2011                                                                   Yesaya 43:22-28

BERTOBATLAH! KEMBALI PADA TUHAN

“Tetapi engkau memberati Aku dengan dosamu, engkau menyusahi Aku dengan kesalahanmu” (ay.24b).

B
erkali-kali bangsa Israel mencobai Yahweh, Allah Abraham dengan berlaku zinah rohani. Setiap kali seorang nabi Tuhan dibangkitkan untuk mengingatkan dosa mereka, lalu mereka pun bertobat dan hidup benar di hadapan Tuhan selama nabi Tuhan itu hidup. Namun setelah nabi Tuhan itu wafat, bangsa Israel kembali selingkuh rohani dan berbuat cemar.   
Keadaan ini berlangsung terus sampai Tuhan jemu dengan bangsa pilihan-Nya yang bebal ini. Sebagai hukuman, bangsa Israel pun diserahkan kepada musuh-musuhnya, sampai berakhir di Babel sebagai tempat pembuangan mereka selama 150 tahun atau kurang lebih sepuluh generasi (Matius 112). Sungguh harga teramat mahal yang harus dibayar karena mereka tidak mau mendengar firman Tuhan. Teks ini ditulis Yesaya saat berada di Babel. Ia menjadi saksi kejatuhan Yerusalem dan turut terbuang ke Babel. Meski berada di pembuangan, bangsa Israel belum sadar juga malah terus-menerus bergelimang dosa. Berada dalam kerajaan raksaksa dengan multi etnis, ras, dan keyakinan membuat mereka makin ikut mempraktekkan ajaran bangsa lain. Mereka beranggapan Tuhan Allah Israel telah kalah dan tidak mampu melepaskan dari musuh. Jadi buat apa bersusah payah mendengar firman apalagi mencari kehendak Tuhan? Padahal Tuhan mau menghapus dosa Israel asal mereka bertobat (ay. 25). Dan hanya Tuhan saja yang sanggup membebaskan mereka dan membawa kembali ke Yerusalem (ay. 28).
Bukankah saat ini kita juga berpengalaman sama dengan bagsa Israel? Kita hidup berbaur dengan beragam suku, ras, agama di Indonesia.  Hanya saja kita tidak terbuang dari tanah kelahiran kita, Indonesia. Jangan sampai Tuhan juga jemu dengan polah tingkah laku kita yang berbuat dosa terus meski sudah ditegur-Nya lewat firman, keluarga, peristiwa. Jika saat ini kita tengah lupa diri dan coba cara alternatif sebagai solusi maka bertobatlah! kembalilah pada Tuhan, selagi Ia belum memuntahkan murka-Nya kepada kita, umat Tuhan di Indonesia. Ingatlah Sodom Gomora tidak dihancur-leburkan-Nya jika ada 10 orang benar di dalamnya (Kejadian 18:32). Marilah kita jadi orang benar itu.

Doa:     Tuhan, ampunilah kami yang berdosa ini. Tahirkanlah kami dengan darahmu menjadi putih seperti salju! Amin.

Lagu Kidung Jemaat: 365b “Tuhan, ambil hidupku!”

Sabtu, 6 Agustus 2011                                                                   Wahyu 3:1-6

NAMA TERHAPUS DARI KITAB KEHIDUPAN?

“Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya” (ay.5b).

H
ati-hati dengan  keadaan kita sekarang yang menyenangkan! Jika hidup kita nyaman dan baik, gereja kita tidak terancam penyiksaan jasmani atau tidak mendapat perlawanan dari masyarakat, ini bisa menjadikan kita tidak berjaga-jaga secara rohani. Perkara duniawi lebih menyita waktu dan perhatian kita. Kita rajin ibadah, memberi perpuluhan dan sumbangan untuk gereja tapi mencari Tuhan dengan sepenuh hati bukan tujuan kita.
Tuhan Yesus menjumpai jemaat di Sardis dalam tujuh Roh Tuhan dan tujuh bintang (ay.1) Tuhan Yesus mengecam jemaat Sardis yang tertidur dan terlena dengan kenyamanan hidup. Waktu itu, kota Sardis merupakan tempat perdagangan yang strategis dan berkembang. Sungai Paktolus yang mengalir dari Gunung Tmolus melewati pasar Sardis membawa bubuk emas dari sumbernya. Kota Sardis dikelilingi karang terjal berukuran 500 meter maka itu benteng Sardis mustahil dikalahkan. Penduduk kota Sardis dikenal suka berpesta tapi tidak mau bekerja keras. Jemaat Sardis juga mengalami hidup enak. Tidak ada guru palsu yang mengancam kemurnian ajaran dan kehidupan mereka. Penyembah Kaisar juga tidak kuat di Sardis maka kemungkinan besar mereka tidak mendapat ancaman penganiayaan. Ketika Raja Koresy mengepung Sardis, ia tidak bisa menundukkannya. Lalu ia mengumumkan hadiah besar bagi prajuritnya yang berhasil mengalahkan Sardis. Mendengar itu Hyeroeades mengamati lereng Sardis. Saat itulah seorang prajurit Sardis menjatuhkan topi bajanya ke bawah lereng, karena ia takut ditegur maka ia turun ke bawah mengambil topi bajanya lalu kembali lagi ke benteng Sardis. Hyeroeades menghafalkan jalan yang dilalui prajurit itu dan malam itu juga ia bersama pasukan pilihan masuk benteng Sardis dan mendapati benteng itu kosong, tidak ada prajurit yang berjaga-jaga. Koresy pun berhasil menumpas Sardis.    
Tuhan Yesus mendapati kerohanian jemaat Sardis tidak sempurna meski telah mendengar dan menerima pengajaran-Nya. Waktu-Nya tiba, Ia  akan datang seperti pencuri, tidak diketahui kapan Tuhan Yesus datang. Jemaat yang tidak berjaga-jaga, tidak sungguh menantikan-Nya, hidup kom-promi dengan dosa maka ia tidak mendapat pengakuan di hadapan Bapa dan para malaikat-Nya, namanya terhapus dari kitab kehidupan (ay.2-5).

Doa:     Tuhan, ampunilah kami yang berdosa ini. Tahirkanlah kami dengan darahmu menjadi putih seperti salju! Amin.
Dian Katoppo

Lagu Kidung Jemaat: 355 “Yesus memangil”

Tuhan Gembala Yang Baik


Tuhan Gembala Yang Baik
Ev. Yehezkiel 34:11-19
Ep. 1 Petrus 2:21b-25
Pendahuluan
Sadar atau tidak, setiap orang mempunyai gembala dalam hidupnya. “Gembala” dalam arti sesuatu yang menggerakkan, memotivasi, mengarahkan, dan mempengaruhi pola pikir, prioritas, perilaku, dan keputusan-keputusan dalam hidup seseorang. Gembala itu bisa berwujud uang, jabatan, popularitas, tokoh yang dikagumi, bisa juga akar pahit atau pengalaman traumatis di masa lalu. Berbeda halnya dalam Iman Kristen yang mengakui bahwa Yesus adalah Gembala yang baik dan yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh. 10:11, 15). Yesus juga disebut sebagai Gembala Agung segala domba (Ibr. 13:20). Gembala yang baik adalah Tuhan sendiri. Tuhan yang membimbing, menuntun, dan memelihara umat-Nya. Tuhan tidak pernah jauh dari domba-dombanya, Tuhan senantiasa hadir, Tuhan membimbing umatNya ke jalan yang benar. Gembala yang baik itu penuh kasih dan pemeliharaan dalam setiap jengkal hidup domba-dombaNya.
Bagaimana dengan kita? Pertanyaan penting yang perlu kita renungkan adalah: Apakah Tuhan sudah menjadi gembala dalam hidup kita, sebagai prioritas dan dasar dari segala tindakan kita?
Latar Belakang TeksYehezkiel (Ibrani yekhezqe’l, ‘Allah menguatkan’). Nama ini tampil sebagai Yehezkel dalam 1 Taw 24:16, ialah seorang Imam yang di panggil menjadi seorang Nabi (Yhz. 1:1-3). Masa Yehezkiel menjadi Nabi yakni pada saat bangsa Israel dibuang ke Babel pada tahun 597 sM. Secara keseluruhan Kitab Yehezkiel 34:1-31 menyatakan bahwa Yehezkiel bernubuat menentang para pemimpin Israel, yaitu para raja, imam dan nabi. Karena keserakahan, korupsi, dan mementingkan diri sendiri, mereka telah lalai menuntun umat Allah sebagaimana dikehendaki oleh-Nya. Mereka memeras umat itu (Yhz. 34:3) dan menggunakan mereka untuk kepentingan pribadi dan bukan menolong mereka secara rohani (Yhz. 34:4); jadi, mereka bertanggung jawab atas penawanan Yehuda, dan Allah akan menghukum mereka. Sebagai kontras dengan para gembala yang tidak setia, Yehezkiel menubuatkan tentang suatu saat ketika Allah akan mengirim seorang Gembala yang berkenan kepada-Nya (yaitu Sang Mesias) yang akan sungguh-sungguh memelihara umat-Nya. Mereka tidak akan diperas dan digunakan, melainkan akan menerima “hujan yang membawa berkat” (Yhz. 34:26).
Analisa Teks
1) Gembala yang Baik; Memperhatikan domba-dombaNya
Setelah Tuhan memperhatikan bahwa gembala-gembala umatNya hanya menggembalakan dirinya sendiri, para gembala-gembala itu tidak memperhatikan, tidak memperdulikan bagaimana domba-dombanya, bahkan gembala-gembala itu memeras, menginjak-injak dengan kekerasan dan kekejaman, maka Allah menubuatkan kepada Nabi Yehezkiel untuk melawan gembala-gembala Israel (34:1-10). Tuhan mengambil satu keputusan bahwa Dia langsung yang akan memperhatikan domba-dombaNya.
Kata ‘memperhatikan’ yang dilakukan oleh Allah bukanlah hanya sekedar melihat atau memandang saja. Dalam bahasa Inggris “look carefully at” yang berarti melihat kepada sesuatu benda dengan sungguh-sungguh, hati-hati dan dengan senantiasa waspada. Allah sebagai Gembala senantiasa memperhatikan setiap gerak langkah umatNya. Tuhan seanantiasa memperhatikan kapan dan dimanapun umatNya berada.
2) Gembala yang Baik; Mencari, Membawa, Mengumpulkan dan menyelamatkan domba-dombaNya yang sesat
Domba-domba yang sesat sama dengan domba yang berjalan pada jalan yang tidak benar. Domba yang sesat berada diluar kumpulan kawanan Domba-Domba yang digembalakan. Domba yang sesat akan rentan dengan kecelakaan (hari berkabut dan kegelapan) dan akan sulit untuk diperhatikan pengembalanya. Domba yang sesat cendrung akan kehilangan keselamatan. Tuhan (Gembala) akan senantiasa mencari dan menyelamatkan UmatNya (domba-dombaNya).
Dalam injil Lukas 15:1-7, melalui perumpamaan Yesus mengajarkan bahwa Dialah Allah yang datang untuk mencari domba yang hilang, walaupun hanya seekor saja, padahal ia masih punya sembilan puluh sembilan yang lain. Hal ini sangat mengherankan, apalah artinya seekor dibanding dengan sembilan puluh sembilan ekor? Demikianlah Tuhan melakukan hal yang tidak lazim. Satu domba yang tersesat, adalah gambaran dari manusia yang paling bandel, menyusahkan, dan tidak tahu diri. Ketika orang lain sudah mengabaikan, melupakan kita bahkan mengharapkan kematian kita, tetapi Bapa kita yang di Sorga tetap mengasihi, mencari dan menyelamatkan kita, manusia tidak berguna yang tidak layak dicari, yang seharusnya dibuang, bahkan dengan membayar harga yang mahal. Sama halnya dengan orang tua, dia akan tetap mengasihi anaknya meski jahat sekalipun. Kasih Tuhan lebih besar daripada kasih orang tua pada anaknya; Dia mencari kita yang tidak layak untuk dicari, yang seharusnya dibuang; Dia rela datang, Dia rela menderita dan mati di kayu salib. Dia tidak menyerah terhadap kita, walaupun hati kita sekeras intan, Dia dengan kasih-Nya besar terus mencari kita dan akan mengubah kita dengan kasihNya. Inilah kebodohan salib, tetapi justru menyatakan kebesaran kasih dan anugrah Tuhan.
Tuhan tidak akan membiarkan umatNya bercerai-berai dan berpisah dari kawanan orang-orang benar. Tuhan senantiasa mencari umatNya yang sesat dengan memanggil dan mengajak, kemudian membawa kita kepada jalan yang benar dan mengumpulkan ditempat yang benar. Sebagai Gembala yang baik, Tuhan merindukan pertobatan umatNya dan menjanjikan perlindungan dan keselamatan bagi setiap orang berjalan dan berkumpul dalam Kasih Kebenaran Tuhan.
3) Gembala yang Baik; memberikan pemeliharaan yang sempurna dan sejahtera melimpah.
Siapa yang dapat menjamin hidup kita? Layakkah manusia dijadikan sandaran dan jaminan hidup kita? Tidak, karena manusia selalu berubah, makhluk yang rentan, yang dalam ketakutan mereka begitu mudah untuk mengorbankan orang lain; manusia bukanlah gembala yang baik bagi kita. Hanya Tuhan satu-satunya yang dapat memberikan jaminan kepada kita; Dia mengasihi kita, dan berkuasa mewujudkan kasih-Nya. Gembala yang baik menuntun, domba-dombanya masuk ke kandang dan membawa keluar ke padang rumput, ke gunung-gunung, ke alur-alur sungai dan ke semua tempat kediaman orang di tanah itu; hal ini melambangkan keamanan, kestabilan, kemakmuran, damai sejahtera dan hidup yang berkecukupan. Gembala membawa domba, mencari padang rumput, jauh dari rumah dan ia menjaganya dengan setia, dengan tongkat dan gadanya. Demikianlah Tuhan selalu menjaga kita, mataNya tidak pernah tertidur. Seperti ayah dan ibu yang selalu menjaga anak ketika demam tinggi, matanya selalu mengawasi, berjaga-jaga; kuatir karena demam yang tinggi akan mengancam nyawa si anak. Tuhan adalah gembala yang baik, Dia menjaga kita, menuntun kita, mengasihi jiwa kita.
4) Menjadi Hakim untuk membela dan memisahkan yang baik dan jahat
Tuhan menjadi hakim atas domba-dombaNya. Hal ini menunjukkan bahwa ada domba yang baik dan ada juga domba yang jahat yang tidak ingin domba lainnya menerima berkat Tuhan. Namun kita harus menjadi domba yang baik yang berkenan kepada Allah. Tuhan menghitung dan memasukkan domba-dombaNya dengan baik ke dalam kandang. Tetapi Ia memisahkan mereka yang memberontak dan mendurhaka kepadaNya. Mereka akan keluar dari negeri, terbuang menjadi orang asing dan tidak masuk ke Kerajaan Allah. Mereka yang melanggar perintah-perintah Tuhan dan menista Yang Mahatinggi adalah domba-domba yang jahat (Bnd. Mzm. 107:11)
Ayat 17-19 menunjukkan bahwa Gembala yang Baik itu akan menjadi hakim yang memisahkan antara domba dengan kambing. Kambing menunjukkan kejahatan yang harus dipisahkan dari kawanan Domba Allah. Pemisahan ini akan terjadi pada saat Gembala yang Baik itu datang sebagai Hakim Agung pada masa Penghakiman yang telah direncanakanNya. Dengan demikian, sebagai Domba Allah (umat Tuhan) diingatkan untuk senantiasa memisahkan yang jahat dari dirinya sendiri selama kita masih diberikan waktu untuk hidup di dunia ini, agar pada masa penghakiman itu kita masuk pada kawanan Domba Allah.
Pointer Homili
1. Sebagai orang percaya, kita diumpamakan seperti domba-domba Allah dan Yesus adalah gembalanya. Ia adalah gembala yang baik yang memberikan yang terbaik bagi domba-dombaNya. Secara fisik, domba adalah binatang yang lemah sama halnya dengan kita yang masing-masing memiliki kelemahan dan karena kelemahan itu kita memerlukan sosok penjaga yang mengenal, setia, mengasihi dan senantiasa memperhatikan serta peduli dengan kita. Sosok itu hanya Tuhan, sebab hanya Tuhan yang mengetahui segala sesuatunya tentang kita. Gada dan Tongkat Tuhan akan menjaga dan menghibur kita (Bnd. Mzm. 23:4).
2. Gembala yang Baik itu adalah Yesus Kristus (Yoh. 10:1-18), Yesus yang memberikan nyawaNya untuk domba-dombaNya yang berdosa agar beroleh keutuhan keselamatan dan damai sejahtera. Maka siapa yang ingin selamat dan beroleh damai sejahtera, terlebih dahululah menyerahkan dirinya secara utuh kepada Yesus Kristus.
3. Gembala itu mengenal domba-dombaNya, Dia tahu apa yang menjadi keluhan dan masalah domba-dombaNya, Dia tahu yang ada dalam hati dan pikiran domba-dombaNya dan Dia tahu keadaan domba-dombaNya secara keseluruhan. Sebab Gembala yang Baik itu adalah Tuhan yang Maha Mengetahui segala sesuatunya. Maka, sebagai domba-domba Allah diingatkan untuk menyerukan masalahnya kepada Tuhan, maka Tuhan akan membimbing dan mengarahkan kepada jalan keluar dari masalah yang dihadapi domba-dombaNya.
4. Melalui Minggu Micerikordias Domini ini: Senantiasalah menjadi kawanan domba Allah, yang berseru dan memuji Tuhan dengan nyanyian pujian dan kebenaran, sebab Yesus, Gembala yang Baik itu telah memberikan sapaan indah yang lebih merdu daripada kemerduan seruling (Suara FirmanNya). Jangan pernah berhenti untuk memanggil namaNya melalui pujian nyanyian dan doa, sebab Dia adalah Gembala Baik yang mendengarkan setiap seruan domba-dombaNya.
JIKA TUHAN YANG MENJADI GEMBALA HIDUP KITA  JALAN CURAM DAN BERLIKU PUN TAK PERLU KITA TAKUTKAN

Tuhan Gembala Yang Baik


Tuhan Gembala Yang Baik
Ev. Yehezkiel 34:11-19
Ep. 1 Petrus 2:21b-25
Pendahuluan
Sadar atau tidak, setiap orang mempunyai gembala dalam hidupnya. “Gembala” dalam arti sesuatu yang menggerakkan, memotivasi, mengarahkan, dan mempengaruhi pola pikir, prioritas, perilaku, dan keputusan-keputusan dalam hidup seseorang. Gembala itu bisa berwujud uang, jabatan, popularitas, tokoh yang dikagumi, bisa juga akar pahit atau pengalaman traumatis di masa lalu. Berbeda halnya dalam Iman Kristen yang mengakui bahwa Yesus adalah Gembala yang baik dan yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh. 10:11, 15). Yesus juga disebut sebagai Gembala Agung segala domba (Ibr. 13:20). Gembala yang baik adalah Tuhan sendiri. Tuhan yang membimbing, menuntun, dan memelihara umat-Nya. Tuhan tidak pernah jauh dari domba-dombanya, Tuhan senantiasa hadir, Tuhan membimbing umatNya ke jalan yang benar. Gembala yang baik itu penuh kasih dan pemeliharaan dalam setiap jengkal hidup domba-dombaNya.
Bagaimana dengan kita? Pertanyaan penting yang perlu kita renungkan adalah: Apakah Tuhan sudah menjadi gembala dalam hidup kita, sebagai prioritas dan dasar dari segala tindakan kita?
Latar Belakang TeksYehezkiel (Ibrani yekhezqe’l, ‘Allah menguatkan’). Nama ini tampil sebagai Yehezkel dalam 1 Taw 24:16, ialah seorang Imam yang di panggil menjadi seorang Nabi (Yhz. 1:1-3). Masa Yehezkiel menjadi Nabi yakni pada saat bangsa Israel dibuang ke Babel pada tahun 597 sM. Secara keseluruhan Kitab Yehezkiel 34:1-31 menyatakan bahwa Yehezkiel bernubuat menentang para pemimpin Israel, yaitu para raja, imam dan nabi. Karena keserakahan, korupsi, dan mementingkan diri sendiri, mereka telah lalai menuntun umat Allah sebagaimana dikehendaki oleh-Nya. Mereka memeras umat itu (Yhz. 34:3) dan menggunakan mereka untuk kepentingan pribadi dan bukan menolong mereka secara rohani (Yhz. 34:4); jadi, mereka bertanggung jawab atas penawanan Yehuda, dan Allah akan menghukum mereka. Sebagai kontras dengan para gembala yang tidak setia, Yehezkiel menubuatkan tentang suatu saat ketika Allah akan mengirim seorang Gembala yang berkenan kepada-Nya (yaitu Sang Mesias) yang akan sungguh-sungguh memelihara umat-Nya. Mereka tidak akan diperas dan digunakan, melainkan akan menerima “hujan yang membawa berkat” (Yhz. 34:26).
Analisa Teks
1) Gembala yang Baik; Memperhatikan domba-dombaNya
Setelah Tuhan memperhatikan bahwa gembala-gembala umatNya hanya menggembalakan dirinya sendiri, para gembala-gembala itu tidak memperhatikan, tidak memperdulikan bagaimana domba-dombanya, bahkan gembala-gembala itu memeras, menginjak-injak dengan kekerasan dan kekejaman, maka Allah menubuatkan kepada Nabi Yehezkiel untuk melawan gembala-gembala Israel (34:1-10). Tuhan mengambil satu keputusan bahwa Dia langsung yang akan memperhatikan domba-dombaNya.
Kata ‘memperhatikan’ yang dilakukan oleh Allah bukanlah hanya sekedar melihat atau memandang saja. Dalam bahasa Inggris “look carefully at” yang berarti melihat kepada sesuatu benda dengan sungguh-sungguh, hati-hati dan dengan senantiasa waspada. Allah sebagai Gembala senantiasa memperhatikan setiap gerak langkah umatNya. Tuhan seanantiasa memperhatikan kapan dan dimanapun umatNya berada.
2) Gembala yang Baik; Mencari, Membawa, Mengumpulkan dan menyelamatkan domba-dombaNya yang sesat
Domba-domba yang sesat sama dengan domba yang berjalan pada jalan yang tidak benar. Domba yang sesat berada diluar kumpulan kawanan Domba-Domba yang digembalakan. Domba yang sesat akan rentan dengan kecelakaan (hari berkabut dan kegelapan) dan akan sulit untuk diperhatikan pengembalanya. Domba yang sesat cendrung akan kehilangan keselamatan. Tuhan (Gembala) akan senantiasa mencari dan menyelamatkan UmatNya (domba-dombaNya).
Dalam injil Lukas 15:1-7, melalui perumpamaan Yesus mengajarkan bahwa Dialah Allah yang datang untuk mencari domba yang hilang, walaupun hanya seekor saja, padahal ia masih punya sembilan puluh sembilan yang lain. Hal ini sangat mengherankan, apalah artinya seekor dibanding dengan sembilan puluh sembilan ekor? Demikianlah Tuhan melakukan hal yang tidak lazim. Satu domba yang tersesat, adalah gambaran dari manusia yang paling bandel, menyusahkan, dan tidak tahu diri. Ketika orang lain sudah mengabaikan, melupakan kita bahkan mengharapkan kematian kita, tetapi Bapa kita yang di Sorga tetap mengasihi, mencari dan menyelamatkan kita, manusia tidak berguna yang tidak layak dicari, yang seharusnya dibuang, bahkan dengan membayar harga yang mahal. Sama halnya dengan orang tua, dia akan tetap mengasihi anaknya meski jahat sekalipun. Kasih Tuhan lebih besar daripada kasih orang tua pada anaknya; Dia mencari kita yang tidak layak untuk dicari, yang seharusnya dibuang; Dia rela datang, Dia rela menderita dan mati di kayu salib. Dia tidak menyerah terhadap kita, walaupun hati kita sekeras intan, Dia dengan kasih-Nya besar terus mencari kita dan akan mengubah kita dengan kasihNya. Inilah kebodohan salib, tetapi justru menyatakan kebesaran kasih dan anugrah Tuhan.
Tuhan tidak akan membiarkan umatNya bercerai-berai dan berpisah dari kawanan orang-orang benar. Tuhan senantiasa mencari umatNya yang sesat dengan memanggil dan mengajak, kemudian membawa kita kepada jalan yang benar dan mengumpulkan ditempat yang benar. Sebagai Gembala yang baik, Tuhan merindukan pertobatan umatNya dan menjanjikan perlindungan dan keselamatan bagi setiap orang berjalan dan berkumpul dalam Kasih Kebenaran Tuhan.
3) Gembala yang Baik; memberikan pemeliharaan yang sempurna dan sejahtera melimpah.
Siapa yang dapat menjamin hidup kita? Layakkah manusia dijadikan sandaran dan jaminan hidup kita? Tidak, karena manusia selalu berubah, makhluk yang rentan, yang dalam ketakutan mereka begitu mudah untuk mengorbankan orang lain; manusia bukanlah gembala yang baik bagi kita. Hanya Tuhan satu-satunya yang dapat memberikan jaminan kepada kita; Dia mengasihi kita, dan berkuasa mewujudkan kasih-Nya. Gembala yang baik menuntun, domba-dombanya masuk ke kandang dan membawa keluar ke padang rumput, ke gunung-gunung, ke alur-alur sungai dan ke semua tempat kediaman orang di tanah itu; hal ini melambangkan keamanan, kestabilan, kemakmuran, damai sejahtera dan hidup yang berkecukupan. Gembala membawa domba, mencari padang rumput, jauh dari rumah dan ia menjaganya dengan setia, dengan tongkat dan gadanya. Demikianlah Tuhan selalu menjaga kita, mataNya tidak pernah tertidur. Seperti ayah dan ibu yang selalu menjaga anak ketika demam tinggi, matanya selalu mengawasi, berjaga-jaga; kuatir karena demam yang tinggi akan mengancam nyawa si anak. Tuhan adalah gembala yang baik, Dia menjaga kita, menuntun kita, mengasihi jiwa kita.
4) Menjadi Hakim untuk membela dan memisahkan yang baik dan jahat
Tuhan menjadi hakim atas domba-dombaNya. Hal ini menunjukkan bahwa ada domba yang baik dan ada juga domba yang jahat yang tidak ingin domba lainnya menerima berkat Tuhan. Namun kita harus menjadi domba yang baik yang berkenan kepada Allah. Tuhan menghitung dan memasukkan domba-dombaNya dengan baik ke dalam kandang. Tetapi Ia memisahkan mereka yang memberontak dan mendurhaka kepadaNya. Mereka akan keluar dari negeri, terbuang menjadi orang asing dan tidak masuk ke Kerajaan Allah. Mereka yang melanggar perintah-perintah Tuhan dan menista Yang Mahatinggi adalah domba-domba yang jahat (Bnd. Mzm. 107:11)
Ayat 17-19 menunjukkan bahwa Gembala yang Baik itu akan menjadi hakim yang memisahkan antara domba dengan kambing. Kambing menunjukkan kejahatan yang harus dipisahkan dari kawanan Domba Allah. Pemisahan ini akan terjadi pada saat Gembala yang Baik itu datang sebagai Hakim Agung pada masa Penghakiman yang telah direncanakanNya. Dengan demikian, sebagai Domba Allah (umat Tuhan) diingatkan untuk senantiasa memisahkan yang jahat dari dirinya sendiri selama kita masih diberikan waktu untuk hidup di dunia ini, agar pada masa penghakiman itu kita masuk pada kawanan Domba Allah.
Pointer Homili
1. Sebagai orang percaya, kita diumpamakan seperti domba-domba Allah dan Yesus adalah gembalanya. Ia adalah gembala yang baik yang memberikan yang terbaik bagi domba-dombaNya. Secara fisik, domba adalah binatang yang lemah sama halnya dengan kita yang masing-masing memiliki kelemahan dan karena kelemahan itu kita memerlukan sosok penjaga yang mengenal, setia, mengasihi dan senantiasa memperhatikan serta peduli dengan kita. Sosok itu hanya Tuhan, sebab hanya Tuhan yang mengetahui segala sesuatunya tentang kita. Gada dan Tongkat Tuhan akan menjaga dan menghibur kita (Bnd. Mzm. 23:4).
2. Gembala yang Baik itu adalah Yesus Kristus (Yoh. 10:1-18), Yesus yang memberikan nyawaNya untuk domba-dombaNya yang berdosa agar beroleh keutuhan keselamatan dan damai sejahtera. Maka siapa yang ingin selamat dan beroleh damai sejahtera, terlebih dahululah menyerahkan dirinya secara utuh kepada Yesus Kristus.
3. Gembala itu mengenal domba-dombaNya, Dia tahu apa yang menjadi keluhan dan masalah domba-dombaNya, Dia tahu yang ada dalam hati dan pikiran domba-dombaNya dan Dia tahu keadaan domba-dombaNya secara keseluruhan. Sebab Gembala yang Baik itu adalah Tuhan yang Maha Mengetahui segala sesuatunya. Maka, sebagai domba-domba Allah diingatkan untuk menyerukan masalahnya kepada Tuhan, maka Tuhan akan membimbing dan mengarahkan kepada jalan keluar dari masalah yang dihadapi domba-dombaNya.
4. Melalui Minggu Micerikordias Domini ini: Senantiasalah menjadi kawanan domba Allah, yang berseru dan memuji Tuhan dengan nyanyian pujian dan kebenaran, sebab Yesus, Gembala yang Baik itu telah memberikan sapaan indah yang lebih merdu daripada kemerduan seruling (Suara FirmanNya). Jangan pernah berhenti untuk memanggil namaNya melalui pujian nyanyian dan doa, sebab Dia adalah Gembala Baik yang mendengarkan setiap seruan domba-dombaNya.
JIKA TUHAN YANG MENJADI GEMBALA HIDUP KITA  JALAN CURAM DAN BERLIKU PUN TAK PERLU KITA TAKUTKAN

Belajar Melalui Indra


BELAJAR MELALUI INDRA PENDENGARAN
(Lukas 10: 38-42; Minggu, 6 Maret 2011)

Dalam perjumpaan Maria dan Yesus di Betania, Maria memilih untuk belajar dan mendengar
. Maria sangat empati dengan Yesus, sehingga ia mempergunakan banyak waktu untuk menerima sejumlah besar pelajaran berharga. Ia ingin memahami segala seuatu yang berhubungan dengan kerajaan sorga. Maria hendak memahami proses pertumbuhan kerajaan sorga, perluasan, menjadi dewasadan menghasilkan buah. Allah bekerja melalui firman-firman yang diucapkanNya sendiri, dan semua firman yang disampaikan oleh Yesus.

Mendengar firman Allah adalah awal dari pembentukan iman. Allah sendirilah yang menumbuhkan iman di dalam diri manusia. Dengan berbagai penjelasan yang memadai, dan ketika manusia berhadapan dalam realitas praktis, dan bilamana firman Allah dipergunakan dalam konteks kehidupan, maka iman bertumbuh dengan sendirinya. Dalam keyakinan yang kokoh kepada Allah dan memegang teguh janji Tuhan yang terkandung dalam semua frmanNya, maka iman itu bertambah kuat dan tahan terhadap segala kondisi. Iman tidak pernah terbentuk dan tumbuh tanpa mendengar firman Allah. Untuk mewujudkan pertumbuhan iman di dalam diri Maria dan semua orang di seluruh dunia, maka Yesus memperdengarkan firman-firman Allah. Penjelasan langsung melalui suara Yesus merupakan sumber pertumbuhan iman yang sesungguhnya.

Allah berfirman dan memberi penjelasan dengan perantaraan Yesus. Allah bermaksud untuk menuntun manusia kepada pengenalan yang sempurna tentang mekanisme kerajaan sorga. Kerajaan sorga yang berhubungan dengan pengendalian semesta disebarluaskan melalui firman yang hidup, ditaburkan dalam hati manusia sebagai lahan yang subur, bertumbuh dalam pengalaman hidup orang percaya, dan menghasilkan buah dalam kedewasaan penuh. Orang yang bersedia mendengar akan menerima penjelasan yang memadai. Maria mengetahui arah masa depan yang akan terjadi di dalam diri Yesus. Ia juga memahami cara kerja Allah untuk menggenapi firman-firmanNya. Dialog yang kontributif sangat menolong penajaman pemahaman Maria tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kerajaan sorga. Berhubung penjelasan-penjelaan Yesus cocok dengan dasar-dasar iman yang diketahui oleh Maria, maka ia terus mendengar semua perkataan Yesus. Maria memberi hati untuk menyimpan firman-firman Allah yang diperdengarkan oleh Yesus.

Mendengar merupakan bagian penting dalam sistem kepercayaan Israel dan berlaku hingga selamanya. Allah memperdengarkan kehendakNya sejak masa Perjanjian Lama, kepada para nabi, Musa, Samuel, Yesus, Paulus dan orang-orang kudus lainnya. Sesudah mendengar, mereka bangkit untuk meneruskan kebenaran yang sejati. Mereka diperkuat dan disertai untuk meneruskan berita keselamatan yang sejati. Sumber hidup dan keselamatan yang sejati itu adalah mendengar firman yang kokoh dan abadi melalui Yesus Kristus.

Allah mempersiapkan fungsi utama dari indra pendengaran manusia untuk mendengarkan Dia, yakni mendengar firman yang hidup itu. Firman yang bermanfaat untuk masa kini dan menuntun manusia untuk memasuki seluruh masa depan bersama-sama dengan Allah. Melalui indra pendengaran manusia menerima petunjuk, bimbingan, pengajaran, penghiburan, penguatan dan semua teknik untuk mewujudkan firman Allah. Itulah sebabnya Maria mempergunakan kesempatan yang ada untuk menyerap kehidupan melalui penjelasan yang disampaikan oleh Yesus. Ia tidak membiarkan perkataan-perkataan Yesus lenyap begitu saja ke udara, tetapi ia memelihara hal-hal itu di dalam hatinya.

Kesediaan untuk mendengar merupakan awal dari penguatan dan pembekalan dari Allah sendiri. Setiap orang yang mendengar firman Allah menerima kesiapan seperti terkandung dalam semua firman Allah. Mendengar merupakan cara untuk masuk ke dalam seluruh kehendak Allah. Jika demikian, mendengar firman Allah, mendengar Yesus pasti menguntungkan untuk masa kini dan masa depan.

Dalam acara ibadah minggu, sesudah membacakan surat kiriman yakni Epistel, maka kemudian pemimpin liturgi berkata: berbahagialah orang yang mendengar firman Allah. Kenapa? Karena Allah hanya berfirman kepada orang yang berkenan kepadaNya. Ketika firman Allah diperdengarkan, dijelaskan sejelas-jelasnya, maka orang yang mendengarnya dapat berdiri dengan kokoh di hadiratNya. Pendengar firman Allah tidak akan goyah terhadap rupa-rupa pengajaran apa pun di seluruh dunia. Langkahnya akan tertuju di jalan keselamatan di hadapan Allah.

Berbeda dengan Maria, Marta memilih untuk asik dengan kesibukannya sendiri. Ia mempersiapkan fasilitas pendukung kehidupan. 


Saudara tentu pernah menyambut tamu di rumah, bukan? Masih ingatkah apa yang saudara lakukan saat itu? Banyak orang sengaja merepotkan diri berbelanja, memasak, pulang kerja lebih cepat dan merapikan rumah yang selama ini berantakan, hanya agar dapat menyambut tamu dengan kehangatan maksimal. Jelas ini wujud kasih yang besar terhadap tamu-tamu kita. Ketika dikunjungi Tuhan Yesus di rumahnya, Marta melakukan hal yang sama pula. Sebagai tuan rumah yang baik, Marta juga sibuk menghidangkan sesuatu untuk Tuhan Yesus.
Siapapun akan senang menerima sambutan hangat seperti ini. Saya yakin Tuhan Yesus pun demikian. Lalu kenapa kemudian nampak ada persoalan di dalam pertemuan itu? Kenapa di akhir cerita Tuhan Yesus nampak lebih menghargai Maria daripada Marta?
Rasanya Marta dan Maria masing-masing telah melakukan tugas dengan benar. Yang seorang menemani Tuhan Yesus, yang lain menyiapkan hidangan. Bayangkan betapa hausnya Tuhan Yesus jika Maria dan Marta hanya mendengarkan-Nya berbicara. Tetapi juga betapa kasihannya Dia jika ditinggal sendirian di ruang tamu, sementara tuan rumah sibuk memasak di dapur. Jadi, baik Maria maupun Marta patut dihargai karena kesigapan masing-masing. Sambutan dan pelayanan mereka itu sudah hampir sempurna.
Hanya saja ada satu kekurangan, dan itu muncul dari Marta. Bukan karena pekerjaannya, tetapi sikapnya yang terlalu sibuk. Ketika mulai kewalahan melayani, mulai jugalah Marta cemburu dan iri kepada adiknya, Maria, yang hanya duduk mendengar Tuhan Yesus. Ia merasa bekerja sendiri, sibuk sendiri dan capek sendiri, sementara yang lain santai seolah tak peduli. Cemburu dan iri hati ini kemudian melahirkan kemarahan. Sekalipun halus, namun dirasakan Yesus sehingga Ia menasehati dengan lembut: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara". Paduan cemburu, iri hati dan kemarahan itulah yang kemudian merenggut sukacita dan kerelaan Marta dalam melayani. Sukacitanya berganti sungut-sungut. Kerelaan menjadi tuntutan. Pelayanan berubah menjadi pekerjaan, yang dilakukan separuh hati.
Menganalisa pengalaman ini, kita bisa menemukan beberapa pencuri sukacita itu. Pertama, sukacita hilang ketika kita merasa tidak ada yang peduli dengan pelayanan kita. Kita seolah bekerja sendiri, tidak dipandang dan juga tidak mendapat pertolongan. Hati kita menjadi hambar. Kedua, sukacita hilang ketika kita merasa pelayanan orang lain lebih ringan daripada pelayanan kita. Kita suka membanding-bandingkan. Kita mulai berpikir iri: "Mereka hanya rapat dan rapat, sementara kami yang menjalankan. Eeh... malah enak-enakan kasih komentar". Ketiga, sukacita hilang ketika hati kita tidak lagi fokus pada pihak yang kita layani. Sukacita Marta hilang karena ia hanya memikirkan berat pekerjaannya, yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Akibatnya, penghargaannya berkurang pada Tuhan Yesus yang hanya duduk dan ngobrol dengan Maria.
Sikap Marta ini dinilai sebagai tindakan menyusahkan diri sendiri, sebab bukan makanan yang dicari Tuhan Yesus, melainkan makna persekutuan. Persekutuan itu terjalin antara Tuhan Yesus dan Maria, dan itu lebih utama daripada makanan jasmani; sebab manusia hidup bukan dari roti saja tetapi terlebih oleh firman Tuhan yang mampu menghidupkan jiwa-jiwa yang telah mati.
Saudara, melayani tanpa sukacita itu melelahkan. Melayani tanpa kerelaan itu merugikan. Melayani tanpa memandang kepada Tuhan tentulah juga sia-sia. Jika begini terus kita hanya mendapat kekecewaan dan kepahitan hati. Oleh karena itu, mari berikan hati kita kepada Tuhan sepenuhnya. Hanya dengan begitu, kita akan mampu melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan, bukan semata untuk manusia. Dengan begitu pula, maka tidak ada lagi ruang untuk kecemburuan, iri hati dan kemarahan. Selamat melayani dengan rela dan sukacita. Amin.
Ada ungkapan dalam bahasa karo yang berbunyi : "Taren-taren ndarami simantadingenken, piah tading simanayaken"( Oleh karena mengejar yang akan ditinggalkan, akibatnya lupa yang perlu dikejar). Yang perlu dipertanyakan sebagai orang yang percaya apakah sudah jelas bagi kita, apa yang seharusnya kita “kejar” dalam kehidupan kita dan apakah yang perlu kita tinggalkan???
Peristiwa Yesus singgah dirumah Maria dan Marta memberikan gambaran, bahwa ditengah-tengah segala kesibukan, kerajinan dan aktifitas kita baik dalam hidup kita sehari-hari maupun dalam hidup pelayanan kita, janganlah kita lalaikan atau langkahi yang paling penting.
POKOK-POKOK KHOTBAH
  1. Maria dan Marta sama-sama mempunyai kesempatan menerima/menjamu Yesus, namun ada perbedaan yang mendasar yakni cara mereka merespon kehadiran Yesus. Hal ini juga menjadi perenungan bagi kita apa dan bangaimana sikap kita merespon kehadiran Yesus, mungkin kita lebih sering melakukan dan berharap hanya masalah-masalah duniawi. Marta digambarkan sebagai seorang wanita yang aktif dalam mengurus hal-hal yang praktis, sedangkan Maria sanggup duduk tenang, mendengarkan, dan merenungkan tentang perkara-perkara keronianian.
  2. Kesalahan Marta sebenarnya tidak hanya karena dia menyibukkan diri sebagai pelayanan Sekwilda (Sekitar Wilayah Dapur) namun Sikap Protes dan menyalahkan, Marta tidak hanya menyalahkan Maria namun juga menyalahkan Yesus. “ Tuhan tidakkah Engkau peduli,bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?” Salah satu yang sering terjadi bahwa orang-orang yang Rajin/aktif menyalahkan orang lain.(kurang tenteng iakapna kalak kerina)
  3. Pekerjaan/Pelayanan yang dilakukan dengan berat hati atau Jungut-jungut tidak akan menjadi berkat bagi kita dan juga bagi orang lain.
  4. Pada sisi yang lain kita juga membutuhkan “Marta-Marta” masa kini, pada saat-saat tertentu kita juga membutuhkan orang-orang tertentu yang memberikan waktu dan tenaganya. Misalnya dalam kepanitian untuk Seksi Tempat/Peralatan, Seksi Konsumsi bukankah yang kita perlukan seperti sosok Marta?
  5. Dalam pelaksanaan Perpulungen Jabu-Jabu ( Kebaktian Rumah Tangga ), Tuan Rumah sangat direpotkan dalam hal mempersiapkan Snack atau Makan-Minum, sehingga sering terlupakan mempersiapkan diri untuk “nuriken penggejaben”. Sehingga sering terungkap dari si tuan Rumah aku labo denga ersikap, e gia kuturiken sitik.
  6. Secara institusi, kita perlu mengevaluasi, seberapa banyak dana yang kita pergunakan untuk hal-hal “dunia” dibanding dengan hal-hal “Rohani”, seberapa banyak Dana untuk Sidang-Sidang Gerejawi atau perayaan-Perayaan yang pada umumya Dana tersebut dipergunakan untuk “simeseng”, dibanding dana untuk Peningkatan Mutu Ibadah ?
KESIMPULAN
Pelayanan yg aktif dan praktis kepada Allah itu penting dan baik, namun kita harus menyadari bahwa tugas kita yang pertama dan yang terpenting adalah Kasih dan Pengabdian yang terungkap dalam penyembahan, Doa dan Persekutuan bersama Tuhan.
“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Matius 6 : 33
“Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup dengan demikian Tuhan, Allah semesta alam akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan” .Amos 5 : 14a
“Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang dibumi”.Kol 3 : 2.

Yesaya 6:9


Dikuduskan untuk taat melayani
"Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh,
 tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (Yes. 6: 9)

Dua hal penting utama yang harus diketahui setiap orang yang menerima panggilan yaitu kekudusan dan keagungan-ketidak terbatasan Tuhan serta juga betapa najisnya dan terbatasnya diri sendiri.
Yesaya terkejut dan takut pada waktu Tuhan menyatakan diri kepadanya. Tuhan nampak sebagai RAJA AGUNG. Para Serafim (= bernyala-nyala)  melayang-layang sambil berseru "Kudus, Kudus, Kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-NYA" dengan menutup muka dan kaki mereka. Suara itu menggetarkan seluruh bangunan dan Yesaya langsung menyadari kenajisan diri dan keberadaannya.
Serafim menyentuhkan bara dari mezbah pada bibir Yesaya sambil berkata, "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." Baru setelah itu Yesaya mendengar panggilan dan menjawab, "Ini aku, utuslah aku!" Terlihat jelas disini bahwa semua inisiatif berasal dari Tuhan. Yang terpanggil, telah dipilih untuk dibenarkan, dikuduskan sebelum diperlengkapi untuk melayani.
Jawaban spontan Yesaya berakibat berat. Berita yang ia sampaikan akan ia dengar tanpa ia mengerti, akan ia lihat tapi tidak untuk ditanggapi. Para pendengarnya akan menolak dia dan akibat penolakan itu mereka binasa satu persatu. Hanya sebagian kecil yang tersisa sebelum tampil suatu tunas baru yang kudus. Bagaimana menyampaikan ini semua? Apa yang akan ia terima sebagai balasan dari orang yang menerima apa yang ia sampaikan? Yesaya dituntut untuk taat, tanpa perlu mengerti ataupun menanggapi apapun yang ia lihat; baik akibat maupun reaksi dari orang yang akan ia temui; bahkan isi berita yang harus ia sampaikanpun tidak perlu ia mengerti. Yang dinilai hanya ketaatan menjalankan tugas.
Bagaimana dengan proses panggilan kita? Bagaimana kita melayani? Adakah kita senantiasa menjaga kekudusan diri dan melayani dengan tangggung-jawab kepada DIA yang tidak kelihatan? Pernahkah kita memikirkan akibat pelayanan kita? Apa dan dimana ukuran keberhasilan pelayanan kita? Kalau kita harus menjalani proses yang dijalani Yesaya, bersediakah kita menjalaninya?***

ulangan 8 : 11-18


Jumat 31 Desember 2010                                           Ulangan 8 : 11-18
Di tepi tanah yang dijanjikan
“ Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu” ( Ul. 8: 18a),

Dengan hitungan jam, menit, detik kita akan meninggalkan tahun 2010, dan dapat dikatakan bahwa kita sudah berada di ujung tahun 2010 dan di tepi tahun 2011.  . Tetapi melalui Firman Tuhan hari ini kita di ingatkan seperti bangsa Israel yang akan memasuki tanah Kanan, bahkan dapat dikatakan bahwa bahsa Israel sudah berada di tepi tanah Kanaan yaitu tanah perjanjian.
Dan jika bangsa Israel masuk dan menetap di tanah Kanaan, mereka akan menemui masyarakat sekitar yang masih memberikan persembahaan kepada  dewa Baal, dewa orang Kanaan yang di percaya dapat memberikan  hujan dan kesuburan, dan untuk Ashtoroth, dewi bumi, sehingga tanaman akan tumbuh dan ternak akan menghasilkan. Yang dapat mengoda hati bangsa Israel untuk berbalik kepada dari Allah, sebab dalam perjalanan selama 40 tahun menuju tanah  kanaan,  mereka sering mengeluh tentang makan dan air, mereka menganggap bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka. Karena itulah nast ini mengingatkan bangsa Israel agar jangan melupakan Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir.
Penyertaan Allah tetap berjalan walaupun kadang kita sering melupakannya,  dalam tahun 2010 ini banyak kejadian-kejadian yang kita alami, bahkah menurut pikiran kita tidak mampun mengalami kejadian tersebut, tetapi Allah tetap setia memberikan yang terbaik dalam hidup kita hingga kita dapat sampai ke penghujung tahun ini, dengan suka cita. Kita  harus ingat, bahwa kita juga sering  bersunggut-sunggut bahkan meninggalkan Allah dalam tahun 2010 yang akan kita tinggalkan.  Tetepi "Allah telah mengampuni sejauh ini, tapi kita semua harus menyadari bahwa kita akan berdiri di tempat baru, dan kita harus berpikir tentang seberapa jauh kita telah dibawa dan berapa banyak yang telah diberikan kepada kita..” Jika kita lupa, ingat selalu akan peneyertaan Allah dalam hidupMu.
Doa : Ya, Allah Bapa ingatkan kami selalu, agar kami tetapi berjalan di jalanMu walaupun kami dapat memeasuki tahun 2011, yang akan datang. Amin
Henry Manalu

Jumat, 26 Nopember 2010                                     Jahannes 5 : 24-29
Semua akan nyata dalam akhir zaman
“Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia” (Yoh. 5:27)
Belakangan ini ada ajaran yang beredar di kalangan tertentu yang mengajarkan bahwa ‘roh orang mati masih dapat di Injili’. Ajaran itu sudah tentu salah, sebab mati yang di katakan dalam nats ini adalah mati secara rohani ( tanpa iman) karena tidak mendengarkan perkataan Yesus, yang yang mau mendengarkan perkataan Yesus akan hidup kekal.
 Ini menunjukkan dengan jelas keadilan Allah yang diberikan kepada umat manusia yaitu baik bagi yang masih hidup yang masih sempat mendengarkan Injil Penebusan Yesus, maupun bagi mereka yang sudah mati. Ukuran penghakiman adalah bagi yang masih hidup dinilai dari tanggapannya akan berita Injil yang mereka dengar selagi masih hidup secara jasmani pada saat waktu Yesus masih hidup di bumi sebagai Anak Manusia, sedangkan bagi mereka yang sudah mati sebelum mendengarkan Injil, ukurannya berbeda yaitu diukur dari perbuatan mereka yang telah dilakukan ketika masih hidup yang akan dinilai pada saat penghakiman kelak
Dengan demikian maka kita mengetahui bahwa Yoh 5:24-29 sudah memberi penjelasan cukup jelas mengenai nasib mereka yang mati di dalam maupun di luar Tuhan, baik mereka yang masih hidup ketika Injil diberitakan maupun mereka yang sudah mati sebelum mendengarkan Injil. Mereka yang telah mati jasmani sebelum mendengarkan Injil adalah urusan Tuhan, dan bila roh-roh mereka yang terpenjara dalam waktu hanya sehari bisa diselesaikan nasibnya oleh Tuhan Yesus ketika di kayu salib apa susahnya bagi Yesus menyelesaikan lainnya setelah ia naik ke sorga? Urusan keselamatan dan penghakiman adalah di tangan Tuhan Amin

Doa. Ya, Allah berikanlah kesetian kepada kami, agar kami tetap mengingatMu waktu suka maupun duka. Amin..
.

dalam Kristus ada keselamatan


Senin, 11 April 2011                                                                           Ibarani 7 : 24-27

DALAM KRISTUS ADA KESELAMATAN
“Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Ibrani 7:25)..
Spurgeon berkata, “Ia dapat menyelamatkan tanpa akhir tetapi “dengan sempurna” itu di dalamnya termasuk mengacu kepada waktu. Karena Tuhan Yesus kita tidak pernah mati, Ia dapat menyelamatkan untuk selama-lamanya. Untuk selama-lamanya kuasa-Nya tetap menyelamatkan. Ia dapat menyelamatkan  kita, walaupun kita sudah bertahun-tahun yang lalu kita bergelimang dengan dosa. Datanglah kepada Dia agar kita beroleh hidup; Ia dapat menyelamatkan kita sekarang walaupun kita melewati… tahun-tahun dalam ketidak-bertobatan. Jika  datang kepada Allah melalui Dia, Ia akan menyelamatkan kita sebesar apapun dosa kita” .
Setiap orang yang datang kepada Yesus memiliki janji ini dari Juruselamat sendiri,
“Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa” (Yohanes 10:28-29).
Setiap orang yang datang kepada Allah melalui Yesus memiliki hidup yang kekal, dan tidak akan pernah binasa, karena Anak Allah “hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”!
“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). Amin
Doa; ya Tuhan mampukan kami untuk selalu mengaku dosa kami, agar kami mendapat hidup yang kekal
KJ. No. 407

PESAN nATAL


Pesan Natal John 9:1
"TERANG YANG SESUNGGUHNYA SEDANG DATANG KE DALAM DUNIA "
(bd. Yoh. 1:9).


Peresekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) telah menetapkan tema Natal PGI 2010, yakni "TERANG YANG SESUNGGUHNYA SEDANG DATANG KE DALAM DUNIA" (bd. Yoh. 1:9). Tema ini mengangkat sebuah dimensi terang yang artinya melawan kegelapan. Tema ini menjadi sebuah tantangan Gereja melawan kegelapan ke masa depan. Kegelapan merupakan simbol sebuah keadaan yang tidak memiliki baik yang masih memerlukan penangan para ahli demi suatu tujuan yang lebih baik lagi.

Terang menjadi simbol pengorbanan. Yesus datang ke dunia ini mengorbankan segalanya demi hidup dan kehidupan manusia yang berdosa. Yesus membawa damai dan mendamaikan yang bertikai. Yesus membawa nasihat dan ajaran bagi orang yang kurang ajar dan nasihat. Yesus membawa pedang bagi orang yang sulit diajar demi kebaikan. Yesus rela memberi waktu, tenaga, pikiran dan bahkan nyawaNya sendiri demi umat manisia, demi dunia ini. Yesus rela dijadikan menjadi berdosa agar kita manusia tidak berdosa lagi agar kita bisa memperoleh hidup yang kekal.

Terang adalah simbol penunjuk arah. Terang mampu memberikan arah jalan yang lebih baik daripada berjalan dalam sebuah suasana kegelapan. Yesus berkata, "Akulah jalan, kebenaran dan hidup" (Yoh. 14:6). Yesus memberikan sebuah jalan yang benar-benar mampu membawa arah hidup manusia yang lebih baik dan terarah menuju kehidupan yang kekal. Tujuan kita semakin jelas karena Yesus terus setia mengarahkan derap langkah kita ke jalan yang benar. Jalan yang ditunjukkanNya juga merupakan jalan kebenaran bukan jalan yang sesat. Jalan Yesus merupakan sebuah jalan pasti yang membawa kebenaran bagi kita dan bagi orang lain. Jalan itu juga sekaligus memberikan hidup bukan kematian belaka. Ada banyak jalan di dunia ini, namun jalan itu belum tentu memberi hidup. Jalannya Yesus pasti memberi hidup bagi kita juga bagi orang lain.

Jenis Terang Orang Kristen
Terang dari Lampu Listrik
Daya listrik tergantung dari PLN (Perusahaan Listrik Negara), bila pihak PLN memutuskan untuk dimatikan maka lampu tidak akan berfungsi, jadi tergantung kepada pusat.
Banyak orang Kristen yang bercahaya seperti ini. Mereka tergantung dari orang lain atau dari suatu organisasi tertentu. Sekalipun hidup mereka sudah penuh oleh Roh Kudus, dia tidak bebas bergerak seperti yang Tuhan kehendaki. Ketika ada perselisihan di antara jemaat atau dengan organisasi (gereja) maka si pelayan Tuhan akan menjadi redup dan kehilangan sinarnya dan ia tidak lagi bercahaya. Seharusnya sumber cahaya bukan tergantung dari manusia atau organisasi tertentu melainkan hanya berpusat kepada Tuhan.
Terang dari Lampu Petromak
Lampu petromak biasanya dipakai oleh para pedagang kaki lima di malam hari, dan sering dijumpai di warung-warung. Lampu petromak tidak memiliki cahaya sendiri. Lampu ini mempunyai sebuah kelemahan yaitu ia haruslah dipompa terlebih dahulu agar bisa memancarkan cahaya yang cukup. Bila tidak dipompa maka tidak akan ada cahaya yang cukup yang bisa dikeluarkan.
Banyak orang Kristen yang mirip seperti lampu petromak. Mereka datang beribadah karena di’pompa’ oleh orang lain, bukan atas kerinduan diri sendiri. Bila tidak ada ajakan dari teman-teman maka mereka tidak akan datang beribadah. sebenarnya mereka menyimpan terang tetapi harus didorong terlebih dahulu.
Si Anto malas sekali ke gereja atau persekutuan doa, tetapi pada saat si doi mengajaknya beribadah di suatu tempat, dengan semangat 45, Anto langsung menghadiri ibadah tersebut, bahkan ia sampai menjadi seorang pelayan Tuhan di gereja tersebut. Tetapi ketika mereka putus hubungan asmaranya, Anto memutuskan juga hubungannya dengan pelayanannya, dan akhirnya ia kembali malas ke gereja seperti sebelumnya. Cahaya terangnya telah hilang karena tidak dipompa.
Terang dari Lampu Senter
Lampu senter harus ditekan tombol ‘ON’ agar dapat menyala. Sebenarnya mirip dengan prinsip lampu petromak, tetapi yang akan dibahas adalah apabila senter tidak ditekan maka ia akan gelap dan tidak ada cahaya sama sekali. Tetapi apabila tombol ON telah ditekan maka senter akan menyala dan memberikan cahaya yang cukup terang.
Kadang-kadang kehidupan kerohanian kita seperti lampu senter, terkadang tidak menyala sama sekali, yang ada hanyalah kegelapan semata. Kita tidak dapat memberikan cahaya dan diri kita sendiri penuh dengan kegelapan. Manusia cenderung mudah melihat kesalahan orang lain sementara kegelapan / kesalahan diri kita sendiri susah ditemukan oleh kita.
LUK 6:41 Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Hal ini menunjukkan betapa mudahnya menyalahkan orang lain sedangkan diri kita bebas dari kesalahan, sikap ini yang menyebabkan cahaya itu hilang dan tanpa kita sadari bahkan telah melukai atau menyakiti orang lain.
Terang dari Nyala Obor
Dahulu sebelum ditemukannya lampu listrik, orang-orang menggunakan lampu obor sebagai sumber terang. Cahaya yang dihasilkan memang cukup terang tetapi ada satu kelemahan yaitu menghasilkan asap yang bisa menyesakkan nafas kita.
Asap dalam illustrasi ini menggambarkan kesombongan. Kehidupan kekristenan kadang juga menyesakkan apabila di dalam nya terdapat roh kesombongan. Dari luar, kita memang memancarkan cahaya tetapi bila diperhatikan ada asap kesombongan yang menyebabkan kesesakkan.
Kesombongan terjadi karena kita menganggap diri kita lebih dari orang lain, sehingga kita memandang rendah kepada orang lain. Ingat juga akan dosa Lucifer, karena kesombongan, ia dihukum oleh Tuhan. Jadi, percuma bila kita menyala terang sekali tetapi asapnya menyesakkan !
Terang dari Lampu Lilin
Saat mati listrik, pasti sebagian besar orang-orang akan menyalakan lampu lilin. Lilin memancarkan cahaya, ia memberikan cahaya yang terang sampai ia sendiri mencair sampai habis.
Teladan lampu lilin adalah bahwa kita mempercayai Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat kita sampai pada saatnya kematian badaniah menjemput kita kelak. Meskipun badai dan masalah datang dalam hidup kita tetapi kita dapat tetap memberikan terang bagi dunia ini. Dalam Alkitab terdapat banyak contoh pahlawan ‘lilin’ antara lain : Yusuf dan Paulus, msekipun badai banyak menempa mereka tetapi mereka tetap menjadi terang dan menerangi sekelilingnya.
Tuhan menghendaki kita untuk memancarkan terang yang seperti lampu lilin ini agar kita tetap bersinar sampai kita ‘mencair habis’ tanda porsi kita telai usai. Jadilah teladan dan terang bagi dunia ini.





 Ada 3 perkara tentang terang:

1.   Prinsip hidup Kristen mempengaruhi. Jika terang menyala kegelapan akan menyingkir. Orang Kristen yang tidak mudah terpengaruh. Saya mudah terpengaruh karena tidak disekolahkan di sekolah hebat, tidak disekolahkan di luar negeri. Contoh: Ikan di laut. Setiap hari berenang, meminum dan tinggal di laut, namun ikan itu tidak pernah jadi asin. Mengapa? Karena ikan itu masih hidup. Selama ikan itu masih hidup, ikan tidak akan menjadi asin. Tetapi ketika ikan itu mati, maka tubuhnya akan menjadi asin.
Mengapa anak muda terseret kepada narkoba, seks bebas? Karena dia telah mati secara rohani. Orang yang memiliki hidup kerohaniannya bagus, pasti dia tidak akan mudah terpengaruh dengan lingkungan

2.   Terang mengusir kegelapan. Ketika terang datang, maka seluruh esensi kegelapan akan keluar meninggalkan ruangan dan tempat. Terang memisahkan kejahatan dan mengangkat kebaikan. Artinya, Kristus datang untuk mengusir segala kebodohan, mengusir segala kemalasan, mengusir segala kemiskinan, mengusir segala dosa. 

3.   Terang selalu membongkar segala sesuatu yang disembunyikan. Hidup dalam Kristus tetapi masih menyimpan kepahitan, masalah-masalah. Perilaku seperti ini akan dibongkar oleh terang Kristus. Akar kepahitan, akar kebencian, akar dendam akan dihancurkan terang ilahi itu dan menggantikannya dengan sukacita dan damai sejahtera.

Dulu di balik pintu yang tertutup engkau menelan narkoba, engkau merokok, engkau bebas bersama kekasihmu. Tetapi ketika bersama terang Kristus, semua ketersembunyian itu akan dibuka dan digantikan dengan perilaku hidup yang baik.
Apakah yang dimaksud kalau Yesus mengatakan, bahwa orang Kristen harus menjadi terang dunia?

Pertama, agar orang Kristen dapat dilihat dunia. Dengan demikian tidak ada istilah kekristenan yang sembunyi-sembunyi. Kekristenan hanya terlihat di dalam gereja. Kekristenan yang hanya terlihat di gereja itu tidak begitu bermanfaat. Kekristenan itu harus terlihat bagaimana kita memperlakukan guru, teman-teman sekolah, penjaga sekolah, dll.
Apakah yang harus dilihat orang dari kita? Ya Perbuatan baik kita.
Yesus tidak pernah berkata, “Kamu adalah terang Gereja”, melainkan menjadi Terang dunia.

Kedua,  Terang adalah pembimbing. Di kuala setiap sungai besar, atau dipelabuhan laut, kita selalu melihat adanya lampu-lampu yang berderet membentuk jalur. Terang lampu itu merupakan tanda pembimbing bagi setiap kapal atau perahu agar dapat berlayar dengan selamat.
Terang itu menjadi pembimbing jalan dan menerangi jalan.
Dengan demikian kekristenan menjadi pembimbing jalan dan penerang jalan. Pemberi jalan kebaikan sehingga dia menjadi contoh dan teladan. Orang Kristen menjadi pusat kebaikan bagi dunia dan sesama kita.
Ketiga, Terang menjadi pemberi peringatan. Lampu merah di perempatan jalan merupakan tanda peringatan untuk berhenti agar tidak mengalami kecelakaan. Orang Kristen harus mampu memberikan peringatan bagi sesamanya.

Tema Natal ini sungguh merupakan sebuah peluang bagi kita untuk semakin partisipatif dalam rangka mengentaskan kegelapan dalam hidup dan kehidupan kita. Kita harus mampu membawa terang dalam langkah rumah tangga yang kacau balau. Orang Kristen harus mampu membawa terang di tengah situasi bangsa dan ekonomi yang terpuruk. Orang Kristen ditantang menjadi piawai membawa terang di tengah-tengah perjalanan gereja dan bangsa yang semakin madani menuju kehidupan yang sejahtera.