Rabu, 31 Agustus 2011

Belajar Melalui Indra


BELAJAR MELALUI INDRA PENDENGARAN
(Lukas 10: 38-42; Minggu, 6 Maret 2011)

Dalam perjumpaan Maria dan Yesus di Betania, Maria memilih untuk belajar dan mendengar
. Maria sangat empati dengan Yesus, sehingga ia mempergunakan banyak waktu untuk menerima sejumlah besar pelajaran berharga. Ia ingin memahami segala seuatu yang berhubungan dengan kerajaan sorga. Maria hendak memahami proses pertumbuhan kerajaan sorga, perluasan, menjadi dewasadan menghasilkan buah. Allah bekerja melalui firman-firman yang diucapkanNya sendiri, dan semua firman yang disampaikan oleh Yesus.

Mendengar firman Allah adalah awal dari pembentukan iman. Allah sendirilah yang menumbuhkan iman di dalam diri manusia. Dengan berbagai penjelasan yang memadai, dan ketika manusia berhadapan dalam realitas praktis, dan bilamana firman Allah dipergunakan dalam konteks kehidupan, maka iman bertumbuh dengan sendirinya. Dalam keyakinan yang kokoh kepada Allah dan memegang teguh janji Tuhan yang terkandung dalam semua frmanNya, maka iman itu bertambah kuat dan tahan terhadap segala kondisi. Iman tidak pernah terbentuk dan tumbuh tanpa mendengar firman Allah. Untuk mewujudkan pertumbuhan iman di dalam diri Maria dan semua orang di seluruh dunia, maka Yesus memperdengarkan firman-firman Allah. Penjelasan langsung melalui suara Yesus merupakan sumber pertumbuhan iman yang sesungguhnya.

Allah berfirman dan memberi penjelasan dengan perantaraan Yesus. Allah bermaksud untuk menuntun manusia kepada pengenalan yang sempurna tentang mekanisme kerajaan sorga. Kerajaan sorga yang berhubungan dengan pengendalian semesta disebarluaskan melalui firman yang hidup, ditaburkan dalam hati manusia sebagai lahan yang subur, bertumbuh dalam pengalaman hidup orang percaya, dan menghasilkan buah dalam kedewasaan penuh. Orang yang bersedia mendengar akan menerima penjelasan yang memadai. Maria mengetahui arah masa depan yang akan terjadi di dalam diri Yesus. Ia juga memahami cara kerja Allah untuk menggenapi firman-firmanNya. Dialog yang kontributif sangat menolong penajaman pemahaman Maria tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kerajaan sorga. Berhubung penjelasan-penjelaan Yesus cocok dengan dasar-dasar iman yang diketahui oleh Maria, maka ia terus mendengar semua perkataan Yesus. Maria memberi hati untuk menyimpan firman-firman Allah yang diperdengarkan oleh Yesus.

Mendengar merupakan bagian penting dalam sistem kepercayaan Israel dan berlaku hingga selamanya. Allah memperdengarkan kehendakNya sejak masa Perjanjian Lama, kepada para nabi, Musa, Samuel, Yesus, Paulus dan orang-orang kudus lainnya. Sesudah mendengar, mereka bangkit untuk meneruskan kebenaran yang sejati. Mereka diperkuat dan disertai untuk meneruskan berita keselamatan yang sejati. Sumber hidup dan keselamatan yang sejati itu adalah mendengar firman yang kokoh dan abadi melalui Yesus Kristus.

Allah mempersiapkan fungsi utama dari indra pendengaran manusia untuk mendengarkan Dia, yakni mendengar firman yang hidup itu. Firman yang bermanfaat untuk masa kini dan menuntun manusia untuk memasuki seluruh masa depan bersama-sama dengan Allah. Melalui indra pendengaran manusia menerima petunjuk, bimbingan, pengajaran, penghiburan, penguatan dan semua teknik untuk mewujudkan firman Allah. Itulah sebabnya Maria mempergunakan kesempatan yang ada untuk menyerap kehidupan melalui penjelasan yang disampaikan oleh Yesus. Ia tidak membiarkan perkataan-perkataan Yesus lenyap begitu saja ke udara, tetapi ia memelihara hal-hal itu di dalam hatinya.

Kesediaan untuk mendengar merupakan awal dari penguatan dan pembekalan dari Allah sendiri. Setiap orang yang mendengar firman Allah menerima kesiapan seperti terkandung dalam semua firman Allah. Mendengar merupakan cara untuk masuk ke dalam seluruh kehendak Allah. Jika demikian, mendengar firman Allah, mendengar Yesus pasti menguntungkan untuk masa kini dan masa depan.

Dalam acara ibadah minggu, sesudah membacakan surat kiriman yakni Epistel, maka kemudian pemimpin liturgi berkata: berbahagialah orang yang mendengar firman Allah. Kenapa? Karena Allah hanya berfirman kepada orang yang berkenan kepadaNya. Ketika firman Allah diperdengarkan, dijelaskan sejelas-jelasnya, maka orang yang mendengarnya dapat berdiri dengan kokoh di hadiratNya. Pendengar firman Allah tidak akan goyah terhadap rupa-rupa pengajaran apa pun di seluruh dunia. Langkahnya akan tertuju di jalan keselamatan di hadapan Allah.

Berbeda dengan Maria, Marta memilih untuk asik dengan kesibukannya sendiri. Ia mempersiapkan fasilitas pendukung kehidupan. 


Saudara tentu pernah menyambut tamu di rumah, bukan? Masih ingatkah apa yang saudara lakukan saat itu? Banyak orang sengaja merepotkan diri berbelanja, memasak, pulang kerja lebih cepat dan merapikan rumah yang selama ini berantakan, hanya agar dapat menyambut tamu dengan kehangatan maksimal. Jelas ini wujud kasih yang besar terhadap tamu-tamu kita. Ketika dikunjungi Tuhan Yesus di rumahnya, Marta melakukan hal yang sama pula. Sebagai tuan rumah yang baik, Marta juga sibuk menghidangkan sesuatu untuk Tuhan Yesus.
Siapapun akan senang menerima sambutan hangat seperti ini. Saya yakin Tuhan Yesus pun demikian. Lalu kenapa kemudian nampak ada persoalan di dalam pertemuan itu? Kenapa di akhir cerita Tuhan Yesus nampak lebih menghargai Maria daripada Marta?
Rasanya Marta dan Maria masing-masing telah melakukan tugas dengan benar. Yang seorang menemani Tuhan Yesus, yang lain menyiapkan hidangan. Bayangkan betapa hausnya Tuhan Yesus jika Maria dan Marta hanya mendengarkan-Nya berbicara. Tetapi juga betapa kasihannya Dia jika ditinggal sendirian di ruang tamu, sementara tuan rumah sibuk memasak di dapur. Jadi, baik Maria maupun Marta patut dihargai karena kesigapan masing-masing. Sambutan dan pelayanan mereka itu sudah hampir sempurna.
Hanya saja ada satu kekurangan, dan itu muncul dari Marta. Bukan karena pekerjaannya, tetapi sikapnya yang terlalu sibuk. Ketika mulai kewalahan melayani, mulai jugalah Marta cemburu dan iri kepada adiknya, Maria, yang hanya duduk mendengar Tuhan Yesus. Ia merasa bekerja sendiri, sibuk sendiri dan capek sendiri, sementara yang lain santai seolah tak peduli. Cemburu dan iri hati ini kemudian melahirkan kemarahan. Sekalipun halus, namun dirasakan Yesus sehingga Ia menasehati dengan lembut: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara". Paduan cemburu, iri hati dan kemarahan itulah yang kemudian merenggut sukacita dan kerelaan Marta dalam melayani. Sukacitanya berganti sungut-sungut. Kerelaan menjadi tuntutan. Pelayanan berubah menjadi pekerjaan, yang dilakukan separuh hati.
Menganalisa pengalaman ini, kita bisa menemukan beberapa pencuri sukacita itu. Pertama, sukacita hilang ketika kita merasa tidak ada yang peduli dengan pelayanan kita. Kita seolah bekerja sendiri, tidak dipandang dan juga tidak mendapat pertolongan. Hati kita menjadi hambar. Kedua, sukacita hilang ketika kita merasa pelayanan orang lain lebih ringan daripada pelayanan kita. Kita suka membanding-bandingkan. Kita mulai berpikir iri: "Mereka hanya rapat dan rapat, sementara kami yang menjalankan. Eeh... malah enak-enakan kasih komentar". Ketiga, sukacita hilang ketika hati kita tidak lagi fokus pada pihak yang kita layani. Sukacita Marta hilang karena ia hanya memikirkan berat pekerjaannya, yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Akibatnya, penghargaannya berkurang pada Tuhan Yesus yang hanya duduk dan ngobrol dengan Maria.
Sikap Marta ini dinilai sebagai tindakan menyusahkan diri sendiri, sebab bukan makanan yang dicari Tuhan Yesus, melainkan makna persekutuan. Persekutuan itu terjalin antara Tuhan Yesus dan Maria, dan itu lebih utama daripada makanan jasmani; sebab manusia hidup bukan dari roti saja tetapi terlebih oleh firman Tuhan yang mampu menghidupkan jiwa-jiwa yang telah mati.
Saudara, melayani tanpa sukacita itu melelahkan. Melayani tanpa kerelaan itu merugikan. Melayani tanpa memandang kepada Tuhan tentulah juga sia-sia. Jika begini terus kita hanya mendapat kekecewaan dan kepahitan hati. Oleh karena itu, mari berikan hati kita kepada Tuhan sepenuhnya. Hanya dengan begitu, kita akan mampu melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan, bukan semata untuk manusia. Dengan begitu pula, maka tidak ada lagi ruang untuk kecemburuan, iri hati dan kemarahan. Selamat melayani dengan rela dan sukacita. Amin.
Ada ungkapan dalam bahasa karo yang berbunyi : "Taren-taren ndarami simantadingenken, piah tading simanayaken"( Oleh karena mengejar yang akan ditinggalkan, akibatnya lupa yang perlu dikejar). Yang perlu dipertanyakan sebagai orang yang percaya apakah sudah jelas bagi kita, apa yang seharusnya kita “kejar” dalam kehidupan kita dan apakah yang perlu kita tinggalkan???
Peristiwa Yesus singgah dirumah Maria dan Marta memberikan gambaran, bahwa ditengah-tengah segala kesibukan, kerajinan dan aktifitas kita baik dalam hidup kita sehari-hari maupun dalam hidup pelayanan kita, janganlah kita lalaikan atau langkahi yang paling penting.
POKOK-POKOK KHOTBAH
  1. Maria dan Marta sama-sama mempunyai kesempatan menerima/menjamu Yesus, namun ada perbedaan yang mendasar yakni cara mereka merespon kehadiran Yesus. Hal ini juga menjadi perenungan bagi kita apa dan bangaimana sikap kita merespon kehadiran Yesus, mungkin kita lebih sering melakukan dan berharap hanya masalah-masalah duniawi. Marta digambarkan sebagai seorang wanita yang aktif dalam mengurus hal-hal yang praktis, sedangkan Maria sanggup duduk tenang, mendengarkan, dan merenungkan tentang perkara-perkara keronianian.
  2. Kesalahan Marta sebenarnya tidak hanya karena dia menyibukkan diri sebagai pelayanan Sekwilda (Sekitar Wilayah Dapur) namun Sikap Protes dan menyalahkan, Marta tidak hanya menyalahkan Maria namun juga menyalahkan Yesus. “ Tuhan tidakkah Engkau peduli,bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?” Salah satu yang sering terjadi bahwa orang-orang yang Rajin/aktif menyalahkan orang lain.(kurang tenteng iakapna kalak kerina)
  3. Pekerjaan/Pelayanan yang dilakukan dengan berat hati atau Jungut-jungut tidak akan menjadi berkat bagi kita dan juga bagi orang lain.
  4. Pada sisi yang lain kita juga membutuhkan “Marta-Marta” masa kini, pada saat-saat tertentu kita juga membutuhkan orang-orang tertentu yang memberikan waktu dan tenaganya. Misalnya dalam kepanitian untuk Seksi Tempat/Peralatan, Seksi Konsumsi bukankah yang kita perlukan seperti sosok Marta?
  5. Dalam pelaksanaan Perpulungen Jabu-Jabu ( Kebaktian Rumah Tangga ), Tuan Rumah sangat direpotkan dalam hal mempersiapkan Snack atau Makan-Minum, sehingga sering terlupakan mempersiapkan diri untuk “nuriken penggejaben”. Sehingga sering terungkap dari si tuan Rumah aku labo denga ersikap, e gia kuturiken sitik.
  6. Secara institusi, kita perlu mengevaluasi, seberapa banyak dana yang kita pergunakan untuk hal-hal “dunia” dibanding dengan hal-hal “Rohani”, seberapa banyak Dana untuk Sidang-Sidang Gerejawi atau perayaan-Perayaan yang pada umumya Dana tersebut dipergunakan untuk “simeseng”, dibanding dana untuk Peningkatan Mutu Ibadah ?
KESIMPULAN
Pelayanan yg aktif dan praktis kepada Allah itu penting dan baik, namun kita harus menyadari bahwa tugas kita yang pertama dan yang terpenting adalah Kasih dan Pengabdian yang terungkap dalam penyembahan, Doa dan Persekutuan bersama Tuhan.
“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Matius 6 : 33
“Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup dengan demikian Tuhan, Allah semesta alam akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan” .Amos 5 : 14a
“Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang dibumi”.Kol 3 : 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar