Rabu, 31 Agustus 2011

Yesaya 6:9


Dikuduskan untuk taat melayani
"Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh,
 tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (Yes. 6: 9)

Dua hal penting utama yang harus diketahui setiap orang yang menerima panggilan yaitu kekudusan dan keagungan-ketidak terbatasan Tuhan serta juga betapa najisnya dan terbatasnya diri sendiri.
Yesaya terkejut dan takut pada waktu Tuhan menyatakan diri kepadanya. Tuhan nampak sebagai RAJA AGUNG. Para Serafim (= bernyala-nyala)  melayang-layang sambil berseru "Kudus, Kudus, Kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-NYA" dengan menutup muka dan kaki mereka. Suara itu menggetarkan seluruh bangunan dan Yesaya langsung menyadari kenajisan diri dan keberadaannya.
Serafim menyentuhkan bara dari mezbah pada bibir Yesaya sambil berkata, "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." Baru setelah itu Yesaya mendengar panggilan dan menjawab, "Ini aku, utuslah aku!" Terlihat jelas disini bahwa semua inisiatif berasal dari Tuhan. Yang terpanggil, telah dipilih untuk dibenarkan, dikuduskan sebelum diperlengkapi untuk melayani.
Jawaban spontan Yesaya berakibat berat. Berita yang ia sampaikan akan ia dengar tanpa ia mengerti, akan ia lihat tapi tidak untuk ditanggapi. Para pendengarnya akan menolak dia dan akibat penolakan itu mereka binasa satu persatu. Hanya sebagian kecil yang tersisa sebelum tampil suatu tunas baru yang kudus. Bagaimana menyampaikan ini semua? Apa yang akan ia terima sebagai balasan dari orang yang menerima apa yang ia sampaikan? Yesaya dituntut untuk taat, tanpa perlu mengerti ataupun menanggapi apapun yang ia lihat; baik akibat maupun reaksi dari orang yang akan ia temui; bahkan isi berita yang harus ia sampaikanpun tidak perlu ia mengerti. Yang dinilai hanya ketaatan menjalankan tugas.
Bagaimana dengan proses panggilan kita? Bagaimana kita melayani? Adakah kita senantiasa menjaga kekudusan diri dan melayani dengan tangggung-jawab kepada DIA yang tidak kelihatan? Pernahkah kita memikirkan akibat pelayanan kita? Apa dan dimana ukuran keberhasilan pelayanan kita? Kalau kita harus menjalani proses yang dijalani Yesaya, bersediakah kita menjalaninya?***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar